RSS

Monthly Archives: December 2011

Aku Ingin Seperti Khalid–Pedang Allah yang Terhunus

Siapa yang tidak mengenal Khalid bin Walid–panglima perang fenomenal yang mendapat julukan “Pedang Allah yang Terhunus”? Berasal dari sebuah suku yang terkenal dengan kemampuan menyiapkan–dan memenangkan–perang, Khalid adalah permata  kegemilangan dalam sejarah generasi awal Islam. Ia adalah salah seorang yang secara khusus diharapkan oleh Rasulullah untuk masuk Islam, tentu karena keistimewaan yang dimilikinya. Ingatkah kekalahan umat Islam pada perang Uhud? Selain merupakan garis takdir tentunya, ternyata salah satu faktor yang menjadi kekuatan lawan waktu itu adalah kecerdikan Khalid yang waktu itu menjadi panglima di barisan kaum kafir. Setelah masuk Islam, bukan sekali dua kali ia diutus oleh Rasul untuk memimpin pasukan, dan menghadiahkan kemenangan bagi barisan muslimin. Barangkali satu-satunya kisah yang nampak ‘janggal’ yang berkaitan dengannya hanyalah kisah pencopotan jabatan yang dilakukan oleh Khalifah Umar r.a.–dan di balik kisah itupun ternyata seorang Khalid mampu menunjukkan khidmatnya kepada putusan pemimpin, yang semakin membuatnya istimewa. Terutama bagiku.

Melayanglah ingatanku pada kisah Perang Mu’tah. Setelah tiga orang yang ditentukan Rasul sebagai panglima perang secara berurutan syahid (yakni Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah),di Madinah Rasul mengabarkan kepada sahabat yang tidak ikut berperang:

Panji perang di tangan Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersama panjinya sampai ia tewas. Kemudian panji tersebut diambil alih oleh Ja’far, yang juga bertempur bersama panjinya sampai ia gugur sebagai syahid. Kemudian giliran Abdullah bin Rawahah memegang panji tersebut sambil bertempur maju, hingga ia juga gugur sebagai Syahid… Kemudian panji itu diambil alih oleh suatu Pedang dari pedang Allah, lalu Allah membukakan kemenangan di tangannya.”

Siapakah panglima keempat yang disebutkan Rasulullah membawa kemenangan bagi umat Islam di perang tersebut? Ialah Khalid. Yang, secara ‘mendadak’ dipilih oleh para sahabat yang tersisa di medan perang untuk mengambil alih kepemimpinan pasukan.

Sebagai orang awam, aku berpikir bahwa apa yang dialami Khalid saat itu bukanlah hal yang mudah. Saat itu, ia belum lama masuk Islam. Masih jauh lebih banyak sahabat lain yang ‘lebih senior’ darinya yang ia anggap lebih layak memimpin. Juga tidak mudah, bahwa saat itu kondisi genting, tiga pemimpin pilihan Rasul telah gugur dan sebagian pasukan telah memilih mundur. Luar biasanya, Khalid berani mengambil tanggung jawab itu. Dengan yakin ia memimpin, berbekal iman dan optimismenya didampingi para pejuang yang kuat dan mulia. Juga berbekal kesadaran akan potensi yang dimilikinya dalam hal siasat perang. Dan akhirnya…kemenanganpun jatuh ke tangan umat Islam. Kemenangan yang sulit diduga, mengingat kedukaan yang dialami pasukan saat meninggalnya tiga pemimpin di tengah-tengah peperangan sempat menggoncang kekokohan barisan.

Mengenang peristiwa Mu’tah mengingatkanku pada apa yang kualami sendiri beberapa waktu terakhir ini. Beramal di tengah-tengah barisan yang diisi orang-orang yang jauh lebih senior, kadang membuat kita tak pantas apalagi ketika diberi amanah yang kita sendiri merasa itu belum pantas kita terima. Tapi logika dakwah berbeda. Yang ditekankan disini adalah optimalisasi potensi. Bahwa siapapun–tua muda, baru lama–pasti memiliki potensi personal yang tak dapat tergantikan, dan tentu saja akan mendatangkan manfaat besar bagi sebuah barisan dakwah.

Kutengok lagi ke dalam diri, dan mencoba mencari-cari apa yang kumiliki dan dapat kuberikan untuk kemajuan dakwah. Ya, dari perasaan ‘sebagai junior’, ‘terlalu muda’, dan ‘semangat yang terlalu membludak’ yang tadinya kuanggap sebagai kondisi ‘tidak ideal’ di organisasi yang kugeluti, ternyata disitu pulalah kutemukan sisi positif yang bisa kusumbangkan. Tak berlebihan, jika kemudian aku mendapati pos-pos yang cocok bagi orang-orang sepertiku.

Tiga kali ini aku menjadi ketua panitia untuk kegiatan yang hanya ada waktu persiapan 2–3 minggu, padahal ‘normalnya’ harus dipersiapkan setidaknya 2 bulan? Ahh, bagi orang itu ‘gila!’ Tapi bagiku itu nikmat! Ya, aku selalu menikmati saat-saat penuh dengan deadline, saat otak tak sedikitpun berhenti berpikir–bahkan saat tidur, dan sebagainya. Sehingga, “kejar tayang” karena keputusan yang serba mendadak ibarat hidangan lezat yang siap kusantap dengan lahap. Bukannya berharap agar semua keputusan menjadi lambat dan terlambat, hanya saja ada hasrat yang sangat besar untuk menaklukkan tantangan di tengah berbagai keterbatasan yang ada. Ya, itulah diantara potensi yang bisa aku sumbangkan. Aku yakin sisi ini akan melengkapi sisi lain dari stabilitas yang diinginkan organisasi yang kugeluti. Insyaa Allah. Aku ingin seperti Khalid, yang siap berada di garis depan ‘memenangkan pertarungan’ dengan posisi dimanapun dalam barisan itu. Insyaa Allah.

Bantul, 27 Desember 2011

 
Leave a comment

Posted by on December 27, 2011 in self talk

 

Tags: , ,